Sistem Informasi Berbasis Komputer

  1. Sistem Informasi berbasis komputer (3 sumber)

Menurut Hutahaean (2014) Sistem informasi adalah sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan.

Menurut Marimin, Tanjung dan Prabowo (2006), Sistem Informasi adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang terhubung dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi.

Jogiyanto (1988) mengatakan bahwa Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian internal dan eksternal yang penting menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

  1. Macam-macam Sistem Informasi berbasis komputer
  • Fokus data (SIA/EDP)

Jogiyanto (1988) SIA merupakan subsistem dari SIM. Sedangkan, Widodoherianto (2015) aplikasi sistem informasi paling dasar. SIA adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi.

  • Fokus Informasi (SIM)

Widodoherianto (2015) konsep penggunaan komputer mendukung sistem informasi manajemen. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan informasi manajemen.

  • Fokus pada sistem pendukung keputusan (SPK)

Widodoherianto (2015) sistem yang menghasilkan informasi yang ditunjukkan pada masalah tertentu yang harus dipecahkan.

  • Fokus pada komunikasi (Otomatisasi kantor)

Widodoherianto (2015) memudahkan komunikasi diantara para pekerja dalam menggunakan alat-alat elektronik.

  • Fokus pada konsultasi (sistem pakar)

Komputer yang deprogram untuk melaksanakan sebagian penalaran logis yang sama seperti manusia.

  1. Jelaskan yang dimaksud
  • Pemrosesan Batch

Pemrosesan Batch bersifat periodik. Pemakai komputer dapat melakukan kegiatan pemrosesan berulang-ulang. Ayu (2014) pemrosesan batch mencakup susunan transaksi sampai dengan jumlah yang cukup terkumpul untuk membuat pemrosesan rapi atau sampai pertimbangan lain seperti lingkaran laporan menunjukkan pemrosesan. Seperti, sistem penggajian yang diproses, misalnya seminggu sekali.

  • Pemrosesan Online

Bunawan dan Suryadi (1996) mengatakan proses online, pemakai  komputer perlu sebuah terminal dan sebuah output sebagai alat pencetak. Kegiatan yang ada dimasukkan sebagai input atau proses yang langsung dikerjakan. Pemakai komputer inngin mengetahui laporan dari suatu transaksi penjualan maka pemakai komputer harus mengenal password dari transaksi penjualan tersebut.

  • Sistem Real time

Bunawan dan Suryadi (1996), proses real-time dimodelkan dengan cara statistic dan dinamik. Sistem yang dapat mengerti dengan baik dengan cara memeriksa statisnya yaitu dengan sebuah model dari pengelolaan sebuah momen tunggal waktu.

  1. Database

Menurut Jogiyanto (1999), database adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

  1. Konsep dan struktur database beserta contoh DBMSnya dalam memecahkan masalah (psikologi)

Konsep: klien menceritakan masalah melalui website online dengan komputer. Kemudian, psikolog memberikan konseling kepada klien lewat website online.

klien –> komputer –> psikolog –> konsling–> klien

Daftar Pustaka

Ayu_ws.staff.gunadarma.ac.id (diakses tanggal 15 November 2015)

Hutahaean, Jeperson. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deeppublisher.

Marimin, Tanjung dan Prabowo. (2006). Sistem informasi manajemen SDM. Bogor: Grasindo.

Jogiyanto. (1999). Pengenalan komputer. Yogyakarta: ANDI.

Bunawan dan Suryadi. (1996). Pengantar perancangan sistem informasi.  Depok: Universitas Gunadarma.

Widodoherianto.staff.gunadarma.ac.id (diakses tanggal 15 November 2015)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sistem Informasi Psikologi I

gundar

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

  1. Penjelasan tentang Sistem Informasi menurut berbagai sumber

Menurut Marimin, Tanjung dan Prabowo (2006) sistem adalah kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Marimin, Tanjung dan Prabowo (2006) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata bagi pengambilan keputusan-keputusan saat ini atau waktu yang akan datang. Marimin, Tanjung dan Prabowo (2006), Sistem Informasi adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang terhubung dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sedangkan menurut Kertahadi (Fatta, 2007), Sistem Informasi adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Konsep dalam sistem informasi yaitu input data, pemrosesan, dan output. Sama seperti definisi menurut Hutahean (2014), Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan. Selanjutnya, Jogiyanto (1988) mengatakan bahwa Sistem informasi adalah suatu sistem di salam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian internal dan eksternal yang penting menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

  1. Pengertian tentang Sistem Informasi Psikologi dan contoh penggunaan Sistem Informasi dalam Psikologi

 Sistem Informasi Psikologi (Ana, 2015) adalah suatu sistem yang memiliki banyak informasi terkait dengan ilmu psikologi yang bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencanaan dan  pengelolaan. Contoh sistem informasi dalam psikologi yaitu seseorang dapat mengungkapkan kepribadian melalui tes Rorscach secara online (http://theinkblot.com) dan seseorang dapat melakukan konseling dengan psikolog secara online (www.tanyapsikolog.com).

  1. Penjelasan Arsitektur Komputer

Menurut Bunawan dan Suryadi (1996), Arsitektur komputer adalah sekelompok blok bangunan perangkat-keras, lunak dan keterhubungan antara satu dengan yang lainnya. Backbone jaringan dapat memungkinkan profesional sistem untuk meracang berbagai arsitektur komputer. Penggunaan komputer dalam perancangan arsitektur yaitu mainframe, minikomputer dan mikrokomputer.

  1. Penjelasan Struktur Kognisi Manusia

Struktur Kognisi manusia merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghasilkan suatu informasi. Seperti proses mengingat manusia, mulai dari input stimulus, data ditangkap oleh alat indra, proses pengulangan (penyimpanan jangka pendek), dan menghasilkan respon (Solso, Machlin dan Machlin, M.K, 2007).

  1. Penjelasan keterkaitan antara Struktur Kognisi Manusia dengan Arsitektur Komputer

Arisitektur Komputer sama dengan struktur kognisi manusia. Sama halnya dengan konsep diantara keduanya, arsitektur komputer melakukan perencanaan dan melakukan pemrosesan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan struktur kognisi manusia juga melakukan pemrosesan berpikir manusia untuk menghasilkan respon.

  1. Berikan penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan Arsitektur Komputer dibandingkan Struktur Kognisi Manusia

Kelemahan arsitektur komputer seperti pembuatan perencanaannya lebih rumit sedangkan struktur kognisi manusia seperti saat seseorang menangkap stimulus melalui panca indera kurang perhatian, maka beberapa informasi tidak sepenuhnya disimpan. Kelebihan arsitektur komputer yaitu sedikitnya kesalahan dalam pengoprasian komputer, sedangkan struktur kognisi manusia yaitu informasi yang dapat disimpan dalam memori jangka panjang.

Daftar pustaka

 

Ana.staff.gunadarma.ac.id (diakses tanggal 18 Oktober 2015)

Bunawan dan Suryadi. (1996). Pengantar perancangan sistem informasi.  Depok: Universitas Gunadarma.

Fatta. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi. Yogyakarta: ANDI.

Hutahean. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.

http://theinkblot.com (diakses tanggal 18 Oktober 2015)

Jogiyanto. (1999). Pengenalan komputer. Yogyakarta: ANDI.

Marimin, Tanjung dan Prabowo. (2006). Sistem informasi manajemen SDM. Bogor: Grasindo.

Solso, Machlin dan Machlin, M.K. (2007). Psikologi kognitif (Ed.4th). Jakarta: Erlangga.

www.tanyapsikolog.com (diakses tanggal 18 Oktober 2015)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel 6 Konsep Carl Rogers, Ciri-Ciri Pendekatan, Tujuan Terapi dan Peran Terapis

Konsep Carl Rogers, Ciri-Ciri Pendekatan, Tujuan Terapi dan Peran Terapis

  1. Konsep Carl Rogers

            Carl Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebut keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfungsi menunjang pibadi klien untuk membantu klien menemukan kesanggupan memecahkan masalah. Pendekatan client-centered merupakan jalan terapi untuk kesanggupan klien dalam memecahkan masalahnya sendiri.

  1. Ciri-ciri pendekatan Client-Centered
    1. Pendekatan ini lebih fokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara menghadapi kenyataan. Klien merupakan individu yang paling mengetahui mengenai dirinya sendiri. Klien harus menemukan tingkah laku yang pantas untuk dirinya.
    2. Terapis menekankan dunia fenomenal klien. Terapis memahami klien ketika klien menceritakan masalah.
    3. Terapis membantu klien apa yang tidak bisa dilakukannya. Dalam hal ini, terapis bersikap empati yang bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi klien.
  2. Tujuan Terapi

Tujuan dasar terapi client-centered menurut rogers, yaitu

Keterbukaan pada pengalaman klien

Kepercayaan terhadap organisme sendiri

Tempat evaluasi internal

Kesediaan untuk menjadi suatu proses

  1. Peran Terapis

                 Membangun hubungan yang membantu klien untuk mengeksplorasi area-area hidupnya sekarang. Dengan adanya perhatian yang tulus, respek dan penerimaan, klien dapat menghilangkan persepsi yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi.

  1. Munculnya masalah

                 Munculnya masalah biasanya tingkah laku klien dan perasaan-perasaan klien oleh sikap yang sangat kaku, hambatan-hambatan internal, merasa terpisah dengan perasaan-perasaan sendiri, tidak mempercayai diri dan merasa terpecah.

Sumber: Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel 5 tentang Konsep Eksistensial-Humanistik, Unsur Terapi, Muncul Masalah, Tujuan dan Peran Terapis dan Teknik-Teknik

Konsep Eksistensial-Humanistik, Unsur Terapi, Muncul Masalah, Tujuan dan Peran Terapis dan Teknik-Teknik

  1. Konsep Eksistensial-Humanistik

Pendekatan eksistensial-humanistik menekankan pada renungan-renungan filosofis  tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.

  1. Tujuan Pendekatan Eksistensial-Humanistik

Membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan, dan tanggung jawab untuk tindakan tindakannya. Menyadarkan klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

  1. Fungsi dan Peran Terapis

Peran klien yaitu memahami klien sebagai ada dalam dunia.

Fungsi terapis yaitu,

Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitannya dengan apa yang dikatakan oleh klien

Terlibat sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami klien

Meminta klien mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti.

Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai terapi.

4.   Muncul masalah

Pengalaman yang menakutkan, menyenangkan, depresi, atau gabungan dari semua itu. klien menjadi terpenjara secara psikologis.

  1. Teknik-teknik

Teknik-teknik dalam Eksistensial-Humanistik yaitu kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab, keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain, pencaran makna, kecemasan sebagai syarat hidup dan perjuangan aktualisasi diri.

Sumber: Corey, Gerald. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel 4 tentang Teori Psikoanalisa tentang kepribadian, Struktur Kepribadian, Unsur-unsur Terapi, Muncul Masalah, Tujuan Terapi, dan Peran Terapis

Teori Psikoanalisa tentang kepribadian, Struktur Kepribadian, Unsur-unsur Terapi, Muncul Masalah, Tujuan Terapi, dan Peran Terapis

  1. Teori Psikoanalisa

          Menurut Basuki (2008) pendekatan psikoanalisa menekankan pengaruh kecemasan, hasrat, motivasi dalam pemikiran, perilaku yang tidak disadari, dan perkembangan sifat-sifat kepribadian serta masalah-masalah psikologi yang tidak tersalurkan.

          Menurut Freud (dalam Basuki, 2008) pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal.

  1. Struktur Kepribadian

Id

Id merupakan tempat bersemayamnyanaluri-naluri. Menurut Basuki (2009) Id merupakan bagian primitif dari kepribadian id mengandung insting seksual dan insting agresif. Sedangkan menurut Suryabrata (2011). Id berpegan pada prinsip kenikmatan.

Ego

Suryabrata (2011) mengatakan ego berpegang pada prinsip realitas. Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur

Superego

Superego adalah cabang moral dan hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego mempresentasikan nilai-nilai masyarakat yang diajarkan orang tua kepada anak.

  1. Mekanisme Pertahanan Ego

Penyangkalan

Merupakan tidak menerima kenyataan yang menyakitkan.

Proyeksi

Menghubungkan ke orang lain perasaan atau pikiran yang tidak dapat diterima sendiri

Fiksasi

Terpaku pada tahap perkembangan yang awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.

Regresi

Bersifat mundur pola perilaku dari tahap awal perkembangan seseorang.

Rasionalisasi

Mencari alasan agar dapat dibenarkan oleh orang lain

Sublimasi

Keinginan agresif untuk dapat diterima oleh sosial. Contohnya, orang yang suka berkelahi menjadi seorang petinju yang hebat.

Displacement

Melampiaskan emosi dengan mengganti subjek untuk meredakan kecamasan.

Represi

Perasaan negatif yang dipendam kedalam alam bawah sadar.

Formasi Reaksi

Mengubah perasaan yang tidak dapat diterima ke dalam yang berlawanan (ekspresi yang berlawanan). Contohnya, saya benci dengan teman saya, tetapi dia menjadi sahabat saya.

  1. Perkembangan Psikoseksual
    1. Tahun pertama kehidupan: fase oral
    2. Usia satu sampai tiga tahun: fase anal
    3. Usia tiga tahun sampai lima tahun: fase falik
  2. Tujuan Terapeutik

Membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat yang tidak disadari di dalam diri klien.

  1. Fungsi dan Peran Terapis

Berusaha membantu klien untuk mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dan mengontrol tingkah laku yang impulsif.

  1. Masalah yang Muncul

Sejumlah perasaan yang timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci. Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik-konflik masa lalu menyangkut cinta, dendam, kebencian yang membawa konflik-konflik ke saat sekarang.

  1. Unsur-unsur Terapi

Asosiasi Bebas

Merupakan penggalian pengalaman masa lalu. Klien diminta untuk menceritakan apa saja yang ada yang melintas dipikirannya mulai dari yang menyakitkan, benci, dendam, tidak percaya diri dan tidak logis.

Interpretasi

     Merupakan menganalisis asosiasi bebasdan tranferensi. Psikolog mengnalisis kata-kata yang punya arti dengan cara subjek mengucap kata-kata yang sering muncul.

Analisis Mimpi

Klien menceritakan kembali semua hal yang dia rasakan, gambarkan, dan psikolog membantu klien memahami keadaan dia di masa lalu dan masa sekarang.

Sumber:

Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo                                  Persada.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT              Refika Aditama

Basuki, Heru. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarma.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel 3 tentang Person Centered Therapy

Person Centered Therapy

Terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar membuat keputusan-keputusan. Carl Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebut keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfungsi menunjang pibadi klien untuk membantu klien menemukan kesanggupan memecahkan masalah. Pendekatan client-centered merupakan jalan terapi untuk kesanggupan klien dalam memecahkan masalahnya sendiri.

Carl Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebut keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfungsi menunjang pibadi klien untuk membantu klien menemukan kesanggupan memecahkan masalah. Pendekatan client-centered merupakan jalan terapi untuk kesanggupan klien dalam memecahkan masalahnya sendiri.

Ciri-ciri pendekatan Client-Centered, yaitu

  1. Pendekatan ini lebih fokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara menghadapi kenyataan. Klien merupakan individu yang paling mengetahui mengenai dirinya sendiri. Klien harus menemukan tingkah laku yang pantas untuk dirinya.
  2. Terapis menekankan dunia fenomenal klien. Terapis memahami klien ketika klien menceritakan masalah.
  3. Terapis membantu klien apa yang tidak bisa dilakukannya. Dalam hal ini, terapis bersikap empati yang bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi klien.

Sumber: Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel 2 tentang Terapi Humanistic eksistensial

Terapi Humanistic Eksistensial

Pendekatan eksistensial-humanistik, di lain pihak, menekankan renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Banyak ahli psikologyang mengajukan argument berorientasi eksistensial menentang pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode yan diunakan oleh ilmu pengetahua alam.

Tujuan pendekatan eksistensial humanistik yaitu membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan, dan tanggung jawab untuk tindakan tindakannya. Menyadarkan klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Terapi eksistensial, terutama, berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dab bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan sesamanya yang menjadi ciri khas,kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

Fungsi terapis yaitu,

  1. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitannya dengan apa yang dikatakan oleh klien
  2. Terlibat sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami klien
  3. Meminta klien mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti.
  4. Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai terapi.

Sumber:

Corey, Gerald. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Artikel I tentang Terapi Psikoanalisis

Terapi Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan Kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi.

Menurut Basuki (2008) pendekatan psikoanalisis menekankan pengaruh kecemasan, hasrat, motivasi dalam pemikiran, perilaku yang tidak disadari, dan perkembangan sifat-sifat kepribadian serta masalah-masalah psikologi yang tidak tersalurkan.

Tujuan Terapi yaitu membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat yang tidak disadari di dalam diri klien.

Sumbangan-sumbangan utama yang bersjaah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup: (1) kehidupan mental individu menjadi bisa di pahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaran penderitaan manusia; (2) Tingkah laku diketahui sering ditentukn oleh faktor-faktor tak sadar; (3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak meiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa; (4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan-kecemasan; (5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi.

Sumber:

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT              Refika Aditama

Basuki, Heru. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarma.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Perbedaan Psikoterapi dan Konseling, Penjelasan Mental Illness dan Bentuk Terapi Supportive, reeducative dan reconstructive

Aisyah Askandarini

10512506 (3pa01)

Perbedaan Psikoterapi dan Konseling, Penjelasan Mental Illness dan Bentuk Terapi

I. Perbedaan Psikoterapi dan konsling

Hahn & MacLean (1955), mengemukakan mengenai tujuan konseling yaitu menitikberatkan pada upaya pencegahan agar penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul. Sedangkan psikoterapi yaitu  menangani penyimpangan dan melakukan usaha pencegahannya.

Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi berdasarkan tujuannya yaitu Konseling: developmental-educative-preventive sedangkan Psikoterapi: remediative-adjustive-therapeutic

Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thomson & Rudolph (1983) sebagai berikut:

Konseling: untuk pasien, gangguan yang kurang serius, masalah: jabatan dan pendidikan, berhubungan dengan pencegahan, lingkungan pendidikan dan nonmedis, berhubungan dengan kesadaran, metode pendidikan. Sedangkan Psikoterapi: untuk pasien, gangguan yang serius, masalah kepribadian dan pengambilan keputusan, berhubungan dengan penyembuhan dan lingkungan medis, berhubungan dengan ketidaksadaran dan metode penyembuhan.

 II. Mental Ilness terdiri dari biological, psychological, sosiological dan philosopic

Gangguan mental dalam psychological memliki 4 karekteristik gangguan yaitu personal distress, disability, violation of social norms  dan dysfuction. Dalam sosiological mental ilness yaitu seseorang melanggar norma sosial. Dalam biological mental ilness yaitu ketidakberfungsian berpikir positif. Dalam Philosopic yaitu seseorang tidakmampu menyelesaikan masalah sesuai dengan realitas yang ada.

 III. Terapi supportive, reeductive dan reconstructive

Terapi supportive secara umum bertujuan untuk membawa klien ke dalam keseimbangan emosional secepat mungkin dengan cara memperbaiki symtom-symtom, sehingga klien dapat berfungsi kembali secara normal ( Wolberg dalam Purwandari, 2003)

Terapi Supportive terdiri dari 4 teknik terapi yaitu manipulasi lingkungan, confession and ventilation, guidance dan reassurance. Guidance/bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif dengan cara memberikan fakta dan interpretasi. Manipulasi lingkungan, yak ni usaha menyelesaikan problem-problem emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur lingkungan yang tidak menguntungkan. Reassurance meyakini kembali. Terapi kelompok yakni yang terdiri dari klien yang memiliki problem sejenis.

Terapi Reeductive merupakan terapi yang berusaha menyelesaikan konflik yang terdapat di alam sadar. Salah satunya adalah terapi wawancara. Sedangkan terapi Rekonstruktif adalah mengubah pola pikir seseorang dari yang negative menjadi positif. Cognitive Restructuring  yaitu mengubah pola pikir seseorang. Salah satu contohnya adalah Cognitive Therapy.

Daftar Pustaka:

Purwandari. 2009. Layanan terapi suportif bagi anak tunalaras tipe social WITHDRAWAL. Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 5 No. 2

Johnson, Sheri L, dan Ann Kring. 2011. Abnormal Psychology ed.12. United State: John Wiley

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Perbedaan Psikoterapi dan konseling, penjelasan Mental Illnes dan Bentuk Terapi

Aisyah askandarini

10512506 (3pa01)

PERBEDAAN PSIKOTERAPI DAN KONSLING DAN PENDEKATAN TERHADAP MENTALL ILNESS DAN BENTUK TERAPI UTAMA

I. Perbedaan Psikoterapi dan konsling

Hahn & MacLean (1955), mengemukakan mengenai tujuan konseling yaitu menitikberatkan pada upaya pencegahan agar penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul. Sedangkan psikoterapi yaitu  menangani penyimpangan dan melakukan usaha pencegahannya.

Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi berdasarkan tujuannya yaitu Konseling: developmental-educative-preventive sedangkan Psikoterapi: remediative-adjustive-therapeutic

Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan olehpallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thomson & Rudolph (1983) sebagai berikut:

Konseling: untuk pasien, gangguan yang kurang serius, masalah: jabatan dan pendidikan, berhubungan dengan pencegahan, lingkungan pendidikan dan nonmedis, berhubungan dengan kesadaran, metode pendidikan. Sedangkan Psikoterapi: untuk pasien, gangguan yang serius, masalah kepribadian dan pengambilan keputusan, berhubungan dengan penyembuhan dan lingkungan medis, berhubungan dengan ketidaksadaran dan metode penyembuhan.

II. Pendekatan terhadap mental illness dan bentuk terapi utama

Pendekatan Psikoanalitik

Teknik psikoanalisis dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Dorongan-dorongan ini sebagian disadari dan sebagian besar tidak disadar mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan yang sekarang.

Pendekatan Afektif

Pendekatan afektif adalah pendekatan untuk melakukan perbahan terhadap cara pasien merasakan diri sendiri. Perubahan perilaku yang dikehendaki pada suatu terapi bisa dilakukan dengan pendekatan melalui 3 kelompok yaitu afektif, behavior dan kognitif

Pendekatan Behavioristik

Tokoh terkenal Behavioristik yaitu John Broadus Watson, aliran yang menitikberatkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor penting dimana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Menurut Masters, et al (1987), teknik yang dipakai dalam terapi perilaku adalah relaksasi, pengebalan, latihan kepekaan, peniruan melalui model, kondisioning aktif, penguasaan diri, kejenuhan dan kondisioning melalui penolakan

Pendekatan Kognitif

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur,aktif, direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Salah satu contohnya yaitu Beck’s Cognitive Therapy  yaitu dengan mengubah pola pikir seseorang dari negatif ke pola pikir yang postif.

Daftar Pustaka:

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

      Johnson, Sheri L, dan Ann Kring. 2011. Abnormal Psychology ed.12. United State: John Wiley

Posted in Uncategorized | Leave a comment